Ads - After Header

Toxic di WhatsApp: Apa, Mengapa, dan Bagaimana Mengatasinya?

Elsa Permatasari

WhatsApp adalah salah satu aplikasi perpesanan paling populer di dunia, dengan lebih dari dua miliar pengguna aktif setiap bulan. Aplikasi ini memungkinkan kita untuk berkomunikasi dengan keluarga, teman, rekan kerja, dan orang lain dengan mudah dan cepat. Namun, tidak semua komunikasi di WhatsApp bersifat positif dan sehat. Ada kalanya kita menghadapi perilaku atau konten yang merugikan atau tidak diinginkan, yang disebut sebagai toxic.

Apa itu toxic di WhatsApp?

Secara harfiah, toxic berarti beracun atau berbahaya. Dalam konteks aplikasi WhatsApp, toxic mengacu pada perilaku atau konten yang melanggar pedoman komunitas WhatsApp, seperti:

  • Mengirim pesan yang menghina, mengancam, atau merendahkan orang lain.
  • Mengganggu percakapan dengan pesan yang tidak relevan atau tidak pantas.
  • Mengirim pesan yang berniat menyakiti perasaan orang lain.
  • Mengabaikan batas privasi orang lain dengan mengirim pesan yang tidak diinginkan atau tidak pantas.
  • Mengirim pesan berulang kali dengan niat mengganggu atau mengintimidasi.

Perilaku atau konten toxic dapat berasal dari orang yang kita kenal maupun yang tidak kita kenal. Misalnya, kita bisa mendapat pesan toxic dari mantan pacar, teman sekolah, rekan kerja, atau bahkan orang asing yang mengaku sebagai teman atau keluarga. Perilaku atau konten toxic juga bisa terjadi di grup WhatsApp, di mana kita bisa menjadi korban atau pelaku toxic.

Mengapa toxic di WhatsApp berbahaya?

Toxic di WhatsApp tidak hanya merusak pengalaman berkomunikasi, tetapi juga dapat berdampak negatif pada kesehatan mental dan fisik kita. Beberapa dampak buruk yang mungkin kita alami akibat toxic di WhatsApp adalah:

  • Stres, cemas, depresi, atau trauma.
  • Merasa tidak aman, tidak percaya diri, atau tidak berharga.
  • Mengalami gangguan tidur, nafsu makan, atau konsentrasi.
  • Mengalami sakit kepala, sakit perut, atau tekanan darah tinggi.
  • Menarik diri dari hubungan sosial yang sehat dan positif.
  • Menjadi toxic bagi orang lain.
BACA JUGA  Dua Nomor WhatsApp dalam Satu Perangkat: Kemudahan Baru yang Dinanti

Bagaimana mengatasi toxic di WhatsApp?

Untuk menghindari atau mengurangi dampak negatif dari toxic di WhatsApp, kita perlu melakukan beberapa langkah berikut:

  • Melaporkan perilaku atau konten toxic kepada WhatsApp melalui fitur report yang tersedia di aplikasi. Laporan ini akan membantu WhatsApp untuk mengambil tindakan yang sesuai, seperti menghapus akun atau grup yang melanggar pedoman komunitas.
  • Memblokir atau menghapus kontak atau grup yang toxic dari daftar kita. Hal ini akan mencegah kita untuk menerima pesan atau konten toxic dari mereka lagi.
  • Mencari dukungan dari orang-orang yang kita percaya, seperti keluarga, teman, atau profesional kesehatan mental. Mereka dapat memberikan kita saran, semangat, atau bantuan yang kita butuhkan untuk mengatasi masalah toxic di WhatsApp.
  • Menjaga kesehatan mental dan fisik kita dengan melakukan aktivitas yang menyenangkan dan bermanfaat, seperti berolahraga, bermeditasi, membaca, atau menonton film. Aktivitas ini dapat membantu kita untuk meredakan stres, meningkatkan mood, dan meningkatkan kekebalan tubuh kita.
  • Menjadi komunikator yang positif dan sehat di WhatsApp. Kita dapat melakukan hal ini dengan mengirim pesan yang sopan, ramah, dan menghargai orang lain. Kita juga dapat memberikan umpan balik yang konstruktif, menghormati perbedaan pendapat, dan menghindari gosip atau rumor.

Kesimpulan

Toxic di WhatsApp adalah perilaku atau konten yang merugikan atau tidak diinginkan yang melanggar pedoman komunitas WhatsApp. Perilaku atau konten ini dapat berasal dari orang yang kita kenal maupun yang tidak kita kenal, dan dapat terjadi di grup maupun di chat pribadi. Toxic di WhatsApp dapat berdampak negatif pada kesehatan mental dan fisik kita, serta merusak pengalaman berkomunikasi kita. Untuk mengatasi toxic di WhatsApp, kita perlu melaporkan, memblokir, atau menghapus kontak atau grup yang toxic, mencari dukungan dari orang-orang yang kita percaya, menjaga kesehatan mental dan fisik kita, dan menjadi komunikator yang positif dan sehat di WhatsApp.

BACA JUGA  Kenapa Notifikasi WhatsApp Tidak Bersuara

Berikut adalah rangkuman artikel yang saya buat:

  • Toxic di WhatsApp adalah perilaku atau konten yang merugikan atau tidak diinginkan yang melanggar pedoman komunitas WhatsApp.
  • Toxic di WhatsApp dapat berasal dari orang yang kita kenal maupun yang tidak kita kenal, dan dapat terjadi di grup maupun di chat pribadi.
  • Toxic di WhatsApp dapat berdampak negatif pada kesehatan mental dan fisik kita, serta merusak pengalaman berkomunikasi kita.
  • Untuk mengatasi toxic di WhatsApp, kita perlu melaporkan, memblokir, atau menghapus kontak atau grup yang toxic, mencari dukungan dari orang-orang yang kita percaya, menjaga kesehatan mental dan fisik kita, dan menjadi komunikator yang positif dan sehat di WhatsApp.

Baca Juga

Bagikan:

Avatar photo

Elsa Permatasari

Elsa Permatasari adalah seorang penulis teknologi yang sangat bersemangat dan cemerlang. Dalam kurun waktu 5 tahun terakhir, dia telah menulis ratusan artikel tentang teknologi untuk berbagai media online terkemuka. Dia terkenal dengan gaya penulisannya yang mudah dipahami dan cakap dalam menjelaskan konsep teknologi yang rumit. Selain menulis, Nadya juga sangat aktif di komunitas teknologi dan sering berpartisipasi dalam acara teknologi dan hackathon.

Leave a Comment

Ads - Before Footer